MENTERI Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengapresiasi Pemkab Sleman yang dinilai serius dalam menangani pengelolaan sampah. Selain untuk menangani sampah, lanjutnya, keberadaan TPST ini juga membawa dampak positif lain, seperti peningkatan jumlah tenaga kerja dan pemanfaatan ekonomi.
Hal itu disampaikan Hanif di sela-sela kunjungannya di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) yang ada di Sendangsari, Kapanewon Minggir, Kabupaten Sleman.
Pada kegiatannya tersebut MenLH didampingi Pjs Bupati Sleman, Kusno Wibowo, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman, Epiphana Kristiyani, beserta jajaran pejabat terkait lainnya.
“Di sini hampir 8 sampai 9 truk sampah dalam sehari yang bisa ditangani dan dikelola. Sleman membangun TPST di tiga lokasi dari rencananya empat lokasi,” ujarnya.
Hal itu enunjukkan begitu seriusnya Kabupaten Sleman dalam menangani pengelolaan sampahnya.
“Kami apresiasi, kita salut kepada Pemerintah Kabupaten Sleman. Semestinya ini dapat dicontoh oleh Kabupaten yang lain,” ujarnya.
Menteri mendorong pemerintah daerah agar mampu mengefektifkan dan mengefisiensikan pelaksanaan pengolahan dan pemilahan sampah di hulu dengan membangun bank sampah, lengkap dengan penyuluh lingkungan hidupnya. Dengan demikian diharapkan pengelolaan sampah tidak terlalu berat di hilir.
Bangun bank sampah
Pjs Bupati Sleman, Kusno Wibowo, menyebutkan pihaknya akan menindaklanjuti pernyataan MenLH terkait upaya mengintensifkan pengelolaan sampah di hulu dengan membangun bank sampah dan disertai penyuluh lingkungan hidup.
“Untuk TPST yang di Minggir ini tadi bapak menteri juga mengapresiasi, kita dapat mengelola timbunan sampah sampai 50 persen dari sampah yang ada di Kabupaten Sleman. Kita tentunya juga akan berkoordinasi dengan kementerian terkait solusi yang lebih baik mengenai TPST yang ada di Sleman,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup juga mengungjungi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Piyungan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ia menjelaskan Gubernur DIY telah mengambil langkah atau kebijakan yang memberi pelajaran bagi kita semua bahwa pengelolaan sampah wajib dilakukan secara intensif.
“Kemudian ini TPA juga ditutup, ditata ulang, supaya lebih ramah lingkungan,” katanya.
PR bersama
Hanif juga menyempatkan diri mengunjungi sejumlah depo sampah, salah satunya di Mandala Krida Yogyakarta. Keberadaan depo-depo di DIY merupakan implikasi ditutupnya TPA Piyungan, sehingga kabupaten dan kota provinsi ini mengambil langkah-langkah sendiri.
Ia menilai depo-depo sampah tersebut sebetulnya meresahkan masyarakat dan mencemari lingkungan.
Menteri pada kesempatan itu meminta kepada gubernur, bupati, dan kepala dinas, untuk segera melakukan langkah-langkah efektif di lapangan, terutama memperkuat baris pertahanan di hulu atau sumber sampah.
Dalam pesannya, menteri meminta provinsi dan kabupaten menyiapkan teknologi akhir pengelolaan sampah, diharapkan bank-bank sampah lebih banyak dibangun, serta lebih digiatkan penyuluhan dan edukasi soal pilah sampah.
“Kalau dilihat dari data SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional), komposisi sampah paling banyak di DIY itu food waste, makanan sisa. Ini ‘PR’ bagi semua. Karena food waste itu sejatinya barang komersial kalau kita olah dengan cerdas,” katanya. (AGT)