
PERTEMPURAN Lima Hari di Semarang, diperingati dengan aksi treatikal cukup meriah di kawasan Tugu Muda, Kota Semarang, Senin (14/10) malam.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno dalam acara itu menyatakan peringatan tersebut menjadi momentum untuk mengobarkan semangat nasionalisme.
Serta gotong-royong, menjaga persatuan, serta terus berjuang membangun kemajuan bangsa Indonesia.
Sebab, perjuangan para pahlawan dalam merebut dan menpertahankan kemerdekaan tidaklah mudah.
Meskipun Indonesia telah merdeka semangat perjuangan terus dikobarkan.
“Perjuangan tidak hanya merebut kemerdekaan, tetapi juga dalam membangun bangsa agar lebih maju lagi. Dan itu ada di tangan anak-anak muda kita,” ujar Sumarno jadi inspektur upacara.
Menurutnya, generasi muda harus mencontoh nilai-nilai perjuangan para pahlawan yang rela gugur demi kemerdekaan, berjuang dengan tulus, ikhlas, penuh semangat, dan pantang menyerah demi Tanah Air Indonesia.
“Kita harus meneladani nilai-nilai nasionalisame dan gotong-royong. Karena semua masalah bisa kita selesaikan dengan bergotong royong, saling tepa selira, saling memahami,” pintanya.
Dalam acara peringatan tersebut, ribuan warga antusias menyaksikan treatikal Pertempuran Lima Hari yang dimainkan para pelajar dan mahasiswa.
Dalam treatikal itu digambarkan perjuangan rakyat Jateng dengan penuh semangat dan rela mati demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran Lima Hari di Semarang tentang bentrokan antara pasukan Jepang dengan pasukan Indonesia.
Mereka yang bertempur adalah personel Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan para pemuda Jateng pada 14-18 Oktober 1945.
Sumarno mengaku terharu menyaksikan treatikal yang mengisahkan sejarah perjuangan rakyat Jateng, mempertahankan Kota Semarang dari tangan Jepang.
Ia berharap, sejarah Pertempuran Lima Hari sebagai inspirasi dalam membangun semangat patriotisme, solidaritas, dan persatuan untuk menghadapi tantangan global menyongsong Indonesia Emas 2045. (Htm/S-01)