Telkom University Berkomitmen Tangani Kenaikan Air Laut

PERUBAHAN iklim salah satunya berdampak pada kenaikan permukaan air laut. Hal itu berdampak pada berbagai hal, seperti perubahan garis pantai, terganggunya habitat satwa, ancaman terhadap infrastruktur serta pemukiman penduduk di wilayah pesisir akibat banjir rob.

Oleh karena itu, Telkom University ingin berkontribusi dalammasalah perubahan iklim. Salah satunya dengan program Koneksi.

Wakil Rektor Bidang IV 4 Universitas Telkom, Dr. Ir. Rina Pudji Astuti, M.T menjelaskan, KONEKSI merupakan program kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia. Orientasi tersebut sejalan dengan visi perguruan tinggi melalui aktivitas Tri Dharma.

Banjir rob yang sering terjadi di wilayah pesisir utara Pulau Jawa menimbulkan ancaman dan gangguan terhadap sebagian aktivitas warga sehingga berdampak pada kondisi ekonomi, sosial, dan kesehatan.

Mitigasi banjir rob

Untuk memitigasi dampak banjir rob, pemerintah Indonesia telah membangun tanggul laut, waduk, dan stasiun pompa besar yang dirancang untuk memompa air melalui tanggul laut ketika tingkat pasang surut di waduk melebihi ambang batas tertentu.

BACA JUGA  BMKG Sebut Sejumlah Daerah Berpotensi Hujan Lebat

Saat ini pengendalian pompa masih dioperasikan secara manual. Kurangnya pemantauan permukaan laut secara terus-menerus dan otomatisasi dalam pengendalian pompa air mengakibatkan buruknya akurasi dalam merespons banjir rob dan mitigasi kerusakan.

Teknologi IoT dapat mengoptimalkan proses mitigasi dengan memantau kenaikan permukaan air laut dan permukaan air di kawasan pemukiman secara lebih akurat.

University of Wollongong (UOW) Australia dan Telkom University Indonesia telah mengembangkan sistem pemantauan banjir rob yang disebut Mata Pasang (Tide-Eye) di bawah Program KONEKSI (Knowledge Partnership Platform Australia-Indonesia) 2023.

Pantau banjir

Tide-Eye adalah sistem pemantauan banjir rob yang menggabungkan teknologi IoT, drone, dan kecerdasan buatan (AI). Pengembangan Tide-Eye melibatkan kerjasama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana sebagai pihak penerima manfaat dan PT. Hilmi Anugrah untuk pekerjaan kostruksi pada setiap lokasi.

Tide-Eye akan diterapkan untuk memantau banjir rob di tiga kota di Jawa Tengah: Pekalongan, Semarang, dan Demak. Pelaksanaan program ini menerapkan perspektif GEDSI (Kesetaraan Gender, Disabilitas dan Inklusi Sosial) untuk memastikan partisipasi ketiga aspek tersebut dalam menentukan keputusan dan pengembangan solusi.

BACA JUGA  Keren! Siswi SMA Negeri 1 Maumere Bicara Dampak Perubahan Iklim Terhadap Anak di Forum PBB

Teknologi IoT pada Tide-Eye System dimanfaatkan untuk memantau ketinggian air laut dan pemukiman. Tide-Eye menerapkan radar dan kamera sebagai perangkat IoT untuk memantau perubahan level muka air laut dan di sisi residensial. Teknologi radar dipilih sebagai perangkat IoT pertama untuk mendeteksi permukaan laut.

Pengukuran air

Perangkat kedua adalah sistem kamera yang digunakan untuk membaca skala pengukuran air secara terus menerus untuk mengukur ketinggian air di pemukiman. Sistem AI selanjutnya akan memproses hasil pengukuran dari node radar dan node kamera untuk menentukan status darurat dan menjadi acuan dalam menghasilkan informasi peringatan dini.

Selain itu, teknologi Tide-Eye menggunakan sistem drone yang dilengkapi kamera untuk mengumpulkan gambar dari daerah yang terkena dampak banjir. AI digunakan untuk menentukan lokasi wilayah banjir dan memperkirakan total wilayah yang terkena dampak.

Hasil monitoring sistem IoT pada Tide- Eye juga ditampilkan pada dashboard sistem Monitoring. Hasil ini akan mendukung BBWS dalam menangani permasalahan banjir rob, seperti pengambilan keputusan, perencanaan, dan kegiatan operasional.

BACA JUGA  Petani Diminta Kombinasikan Tradisi, Data dan Teknologi

Dr. Ir. Rina Pudji Astuti, M.T menambahkan, upaya mitigasi yang dilakukan ini akan memberikan dampak nyata, terutama untuk daerah Semarang. Pihaknya juga berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat.

Solusi jangka panjang

Perencana Direktorat Pendidikan Tinggi dan IPTEK Kementerian PPN/Bappenas, Dani Ramadan mengatakan, melalui kerjasama ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk menghemat biaya dan terukur serta mendukung transformasi digital.

“Berpotensi mengurangi kerugian akibat bencana yang timbul. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua tim yang terlibat,” imbuhnya.

Ia berharap hadirnya teknologi ini tidak hanya menjadi solusi jangka pendek tapi juga menciptakan dampak jangka panjang bagi masyarakat. (Htm/N-01)

Dimitry Ramadan

Related Posts

Manggala Agni Terus Lakukan Pemadaman Karhutla di Kampar

PROSES pemadaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) seluas 30 hektare (Ha) di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, terus berlanjut. Adapun Karhutla seluas 40 ha di hutan lindung…

Aktivis Desak Hentikan Proses Hukum Dua Ahli Lingkungan

UPAYA retaliasi terhadap para ahli dalam perkara lingkungan hidup kembali terjadi. Ini bukan pertama kalinya para ahli lingkungan hidup menghadapi upaya pembungkaman. Prof. Bambang Hero Saharjo dan Prof. Basuki Wasis…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

Manggala Agni Terus Lakukan Pemadaman Karhutla di Kampar

  • July 1, 2025
Manggala Agni Terus Lakukan Pemadaman Karhutla di Kampar

Aktivis Desak Hentikan Proses Hukum Dua Ahli Lingkungan

  • July 1, 2025
Aktivis Desak Hentikan Proses Hukum Dua Ahli Lingkungan

Pertumbuhan Ekonomi Babel Diprediksi Melompat

  • July 1, 2025
Pertumbuhan Ekonomi Babel Diprediksi Melompat

ULP PLN Pematangsiantar Beri Diskon 50 Persen Tambah Daya

  • July 1, 2025
ULP PLN  Pematangsiantar Beri Diskon 50 Persen Tambah Daya

Sekda Jabar Sebut Konflik dengan Wagub Erwan Sudah Selesai

  • July 1, 2025
Sekda Jabar Sebut Konflik dengan Wagub Erwan Sudah Selesai

FWPJT dan DPRD Jateng Gelar Diskusi Ketahanan Ekonomi

  • July 1, 2025
FWPJT dan DPRD Jateng Gelar Diskusi Ketahanan Ekonomi