AI Bisa Menstimulus Industri Pers dan Perguruan Tinggi

WAKTU selalu mengagungkan perubahan. Setiap masa ada teknologinya, setiap teknologi ada masanya. Saat menghadapi Artificial Intellegence (AI) atau kecerdasan buatan, kita harus menyiasati secara bijaksana, adaptif tanpa terninabobokan.

AI hanyalah bagian kecil teknologi dan bersifat limited, beda dengan akal manusia yang dianugerahi Tuhan dengan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani yang terintegrasi.

Kehadiran AI pada era digital tak bisa ditolak, terutama bagi industri pers dan perguruan tinggi. Irisan peran kedua belah pihak sama, yaitu mendorong menjadi manusia unggul untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045. Dunia jurnalistik dituntut adaptif terhadap AI, namun tetap mengedepankan data, akurasi, dan integritas.

Demikian intisari dalam Dialog 5 Rektor bertajuk ”Masa Depan Pers di Era AI” yang digelar PWI Jawa Tengah di Auditorium RS Universitas Muhammadiyah Semarang, Rabu (5/2).

Kekutan mental

Rektor Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) Prof Dr Mudzakkir Ali MA memotret realitas saat ini di mana teknologi informasi berubah demikian cepat. Menyitir pendapat ulama Imam Sya’fii dan ayat Alquran, dia menjelaskan, bahwa waktu akan selalu membawa perubahan zaman yang sarat kompleksitas, dan membuat manusia merugi kalau tak mampu mengatasinya.

BACA JUGA  Pers Harus Punya Tanggung Jawab Memayu Hayuning Bawana

”Menghadapi tantangan AI, kita harus bersiap diri dengan kekuatan mental dan amal saleh,” tandasnya.

Di bagian lain, Rektor USM, Dr Supari menekankan jika wartawan dan perguruan tinggi memiliki ikatan penting. Keduanya harus bekerja sama untuk menyiapkan generasi terbaik di masa mendatang. Termasuk dengan memanfaatkan AI.

“Kita semua mesti beradaptasi, justru kita ikut membangun AI supaya bisa lebih banyak membantu pers, membantu pendidikan tinggi, tujuannya sama-sama untuk Indonesia Emas,” jelasnya.

Fakta dan etika

M Qomaruddin dari Unissula menjelaskan, AI sebenarnya bukan barang baru. Bagi media, AI akan memanjakan para wartawan, tapi di sisi lain menjadi penyampai yang tak sesuai fakta. Di sinilah perlunya media beriorientasi pada fakta, kejujuran, dan etika.

BACA JUGA  Pj Gubernur Jawa Tengah Ajak Pers Ikut Awasi Pilkada

”Revolusi industri yang keempat ini memang gaduh. AI sesungguhnya adalah tools atau alat yang membantu kita mengembangkan dunia jurnalistik lebih baik lagi, industri dan pendidikan lebih maju. Yang diwaspadai adalah dampaknya, karena cukup dengan mengetik kata kunci kita bisa terlena oleh ribuan informasi,” bebernya.

Di bagian lain, Guruh Fajar Shidik dari Udinus memberikan gambaran tentang perjalanan kecerdasan mesin sejak 1950, 1960, 1990, 2010 hingga 2022 melalui komputasi yang mutakhir. Menurutnya, setiap masa ada teknologinya, dan setiap teknologi ada masanya.

”Hasilnya salah satunya chatGBT. Anda bisa menggunakan Tiktok, YouTube, Tokopedia sudah ada profiling, klasifikasi yang Anda inginkan,” katanya.

Eny Winaryati dari Unimus mengatakan, pers atau wartawan harus mampu beradaptasi dengan kemajuan AI. Meskipun demikian, ada tiga hal yang menjadi rambu-rambu yaitu pendengaran, penglihatan. dan hati nurani.

BACA JUGA  Dinilai Komersilkan Pendidikan, BEM UNS Tuntut Mendikbudristek Mundur

Perkuat Informasi

Ketua PWI Jateng, Amir Machmud menyampaikan wartawan bisa memanfaatkan AI sebagai perangkat untuk memperkuat informasi-informasi. Di sisi lain, AI juga bisa membawa dampak negatif.

Ia menambahkan, tantangan terbesar di dunia wartawan dan media massa saat ini adalah masalah penghayatan etika. Artinya, dalam menyampaikan informasi, wartawan harus mematuhi rambu-rambu yang ada seperti UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.

Dengan begitu, wartawan tidak akan membuat berita bohong, berita pemecah belah, atau berita bermuatan SARA.

“Jadi penggunaan AI itu kembali lagi pada masalah etikanya. Kalau etika dengan iktikad untuk menyelamatkan media, menyelamatkan dunia kewartawanan, menyelamatkan masyarakat, ini pasti akan melahirkan produk yang bermaslahat bagi semuanya,” tegasnya . (Htm/N-01)

 

Dimitry Ramadan

Related Posts

DPRD Jabar belum Bahas Anggaran Pendidikan Karakter Pelajar Bermasalah

PROGRAM Program pendidikan karater bagi pelajar bermasalah yang digulirkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang membutuhkan anggaran sekitar Rp6 miliar, diambil dari APBD Jabar 2025. Dana tersebut digunakan untuk membiayai latihan…

Mahasiswa Harus Kuasai Ilmu Komunikasi di Era Digital

MAHASISWA harus kuasai ilmu komunikasi masa kini di tengah era digital dan geopolitik global. Hal itu menjadi fokus utama kuliah umum yang diadakan oleh PT Pertamina dan Fakultas Ilmu Komunikasi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

DPRD Jabar belum Bahas Anggaran Pendidikan Karakter Pelajar Bermasalah

  • May 7, 2025
DPRD Jabar belum Bahas Anggaran Pendidikan Karakter Pelajar Bermasalah

Inter Jegal Impian Barcelona Raih Treble

  • May 7, 2025
Inter Jegal Impian Barcelona Raih Treble

Mahasiswa Harus Kuasai Ilmu Komunikasi di Era Digital

  • May 7, 2025
Mahasiswa Harus Kuasai Ilmu Komunikasi di Era Digital

BSI Perkuat Transaksi Digital Lewat Layanan Mesin EDC

  • May 7, 2025
BSI Perkuat Transaksi Digital Lewat Layanan Mesin EDC

Ditolak Presiden Prabowo, Hasan Nasbi Kembali Pimpin PCO

  • May 6, 2025
Ditolak Presiden Prabowo, Hasan Nasbi Kembali Pimpin PCO

PSS tak Didampingi Pieter Huistra saat Bertandang ke Semarang

  • May 6, 2025
PSS tak Didampingi Pieter Huistra saat Bertandang ke Semarang