
PENDIDKAN orientasi kelautan harus diperkuat. Harapan itu disampaikan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X.
Menurutnya hal ini harus dilakukan jika ingin menggeser orientasi pembangunan menuju skala dunia.
Untuk itu, pendidikan Indonesia setidaknya harus berorientasi pada tatanan Benua Maritim Indonesia. Selain itu, perlu bagi semua (anak bangsa) untuk memperkuat fungsi pengawasan.
Dengan berbagai potensi yang melingkupinya, menurut Ngarsa Dalem, sapaan akrab Sri Sultan, kemaritiman akan menjadi salah satu solusi kunci berbagai permasalahan global di masa depan.
Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan itu pada Pidato Kebudayaan Revitalisasi Semangat Nusantara Indonesia Baru, Selasa (28/1).
Pidato kebudayaan disampaikan dalam Diskusi Arkipelagis: Refleksi Kebudayaan Mengiringi Purnatugas Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan Periode 2015-2024) di Gelagang Inovasi dan Kreativitas UGM, Selasa,(28/1).
Menurut Sri Sultan HB X revitalisasi semangat Nusantara itu, tidak lain adalah Wawasan Nusantara Bahari, yang tampaknya perlu dibangkitkan kembali, guna mempercepat kebangkitan Indonesia.
Jika memang demikian, bukan tidak mungkin, pesan Ir. Seokarno saat meresmikan Institut Angkatan Laut pada tahun 1953, dapat menjadi kenyataan
“Oesahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaoet kembali. Ja…bangsa pelaoet, dalam arti kata Tjakrawati Samoedra…”.
Sultan dalam berbagai kesempatan cukup sering menyampaikan urgensi membangun budaya yang visioner, melalui konsep Kebudayaan Indonesia Baru.
Apabila menarik kesimpulan awal dari “Term Of Reference” agenda ini, konsep Kebudayaan Indonesia Baru sejatinya berkelindan dengan ide besar Arkipelagis.
Yakni sebuah gagasan yang merangkai akar tradisi, dengan energi pembaruan untuk masa depan bangsa.
Sebuah visi yang memadukan kearifan lokal dengan dinamika zaman, demi kemaslahatan rakyat Indonesia.
Untuk itu, lanjut Sri Sultan, Bhinneka Tunggal Ika, bukan hanya digunakan sebatas slogan, tetapi sebagai strategi kebudayaan yang dituangkan ke dalam kebijakan publik.
Sejarah telah memberikan pelajaran, bahwa hidup dalam multikulturalisme, yang penuh toleransi dan saling menghargai, dapat menjadi sumber kemajuan, demikian Sri Sultan. (AGT/S-01)