
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan memberi tahu Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa Israel akan menyerang pemimpin Hamas di Qatar, hanya beberapa saat sebelum serangan dilakukan. Hal itu diungkap tiga pejabat Israel kepada Axios.
Versi yang disampaikan pejabat AS berbeda. Menurut mereka, militer AS pertama kali melihat jet tempur Israel di udara dan baru meminta klarifikasi. Penjelasan dari Israel datang terlambat, ketika rudal balistik sudah mengarah ke kompleks Hamas di Doha.
Gedung Putih menyebut Dubes AS untuk Qatar sempat bergegas memberi peringatan, namun rudal sudah menghantam target. Sejumlah media, termasuk Axios, melaporkan bahwa Trump sama sekali tidak diajak berkonsultasi sebelum serangan.
Menyerang wilayah sekutu dekat AS tanpa koordinasi dinilai langkah berani Israel, terlebih karena saat itu para pemimpin Hamas sedang berkumpul untuk membahas proposal perdamaian Gaza terbaru dari Trump.
Namun, menurut pejabat Israel, Netanyahu tetap memberi tahu Gedung Putih meski dalam waktu sangat singkat cukup untuk membatalkan serangan bila AS menolaknya.
Seorang pejabat AS membantah tudingan itu: “Sumber anonim Israel yang menuduh Presiden AS dan pemerintahannya sebaiknya berhenti menyebarkan tuduhan palsu.”
Serangan udara ke Doha memicu ketegangan antara AS dan Qatar, memperburuk hubungan Washington-Tel Aviv, sekaligus menambah isolasi diplomatik Israel di kawasan maupun global.
Hamas menyebut enam orang tewas, termasuk lima anggotanya dan seorang petugas keamanan Qatar, tetapi mengklaim para pemimpin tertinggi mereka selamat. Israel mengonfirmasi hal tersebut, seraya menyebut intelijen menunjukkan pimpinan Hamas sudah meninggalkan gedung sebelum ledakan.
Presiden Trump menegaskan serangan Israel itu “tidak menguntungkan Israel maupun Amerika.” Dalam unggahannya di Truth Social, ia mengaku baru mendapat kabar serangan dari militer AS ketika sudah terlambat untuk menghentikan.
“Keputusan ini dibuat oleh Perdana Menteri Netanyahu, bukan oleh saya,” ujar Trump, sambil menyebut Qatar sebagai “sekutu dan sahabat kuat” Amerika. (*/S-01)







