
BALAI Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat sebanyak 1.087 kejadian gempa di kawasan puncak Gunung Merapi selama periode pengamatan Jumat (5/12) hingga Kamis (11/12).
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santosa, mengatakan aktivitas kegempaan tersebut didominasi oleh gempa guguran (rock falls/RF) sebanyak 657 kali, disusul gempa fase banyak (multi phase/MP) sebanyak 413 kali.
“Jenis gempa lainnya tercatat di bawah 10 kejadian, meliputi gempa awan panas guguran (APG) satu kali, gempa tektonik (TT) lima kali, serta gempa vulkanik dangkal (VTB) lima kali,” ujar Agus, Sabtu (13/12).
Selain aktivitas kegempaan, BPPTKG juga mencatat satu kejadian awan panas guguran dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter ke arah barat daya, masuk ke hulu Sungai Boyong.
Aktivitas guguran lava juga teramati sebanyak dua kali ke arah hulu Sungai Boyong dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter.
Sementara itu, guguran lava ke arah hulu Sungai Krasak terjadi 52 kali dengan jarak luncur maksimum 2.000 meter, serta 29 kali ke arah hulu Sungai Sat/Putih sejauh 2.000 meter.
Gempa di Puncak Merapi dan perubahan morfologi
Terkait kubah lava, BPPTKG melaporkan adanya sedikit perubahan morfologi pada Kubah Lava Barat Daya yang dipicu oleh aktivitas guguran dan perubahan volume.
Saat ini, volume Kubah Lava Barat Daya tercatat sebesar 4.308.700 meter kubik, sedangkan Kubah Lava Tengah tidak teramati dengan volume sekitar 2.368.800 meter kubik.
Dalam periode yang sama, hujan tercatat terjadi di sekitar pos pengamatan Gunung Merapi. Curah hujan tertinggi terpantau di Pos Kaliurang pada Sabtu (6/12) sebesar 18,78 milimeter dengan durasi 148 menit.
Meski demikian, tidak dilaporkan adanya peningkatan aliran maupun kejadian lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Secara umum, kondisi cuaca di sekitar Gunung Merapi selama sepekan terpantau cerah pada pagi dan malam hari, sementara pada siang hingga sore hari kawasan puncak kerap tertutup kabut.
Sepanjang periode pengamatan, Gunung Merapi tampak mengeluarkan asap berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal, bertekanan lemah, dan tinggi kolom asap bervariasi antara 10 hingga 400 meter.
Agus menegaskan bahwa data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung, sehingga berpotensi memicu terjadinya awan panas guguran di dalam kawasan potensi bahaya.
“Saat ini aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa erupsi efusif. Status aktivitas Gunung Merapi tetap ditetapkan pada Level III atau Siaga,” pungkasnya. (AGT/S-01)







